KAMPUSPEDIA.ID – Ustadz Zawawi menerangkan, bahwa dalam kitab Al Hikam karya Syekh Ibnu Atha’illah, tidak ada nafas yang kita hembuskan kecuali Allah mempunyai takdir yang ingin diberlakukan kepada dirimu.
“Kita meyakini bahwa nafas yang kita tarik dan hembuskan suatu saat akan terhenti jadi nafas punya masanya, jumlah bilangannya, hanya Allah yang tahu, kalau kita sudah meyakini demikian maka jadilah hamba Allah dalam segala kondisi,” terang Ustadz Zawawi.
“Jadi beribadah kepada Allah dalam segala kondisi, baik dalam kondisi kita diberi rizki yang melimpah kehidupan yang serba enak atau sebaliknya saat kondisi susah kerepotan dalam sisi materi tetap beribadah kepada Allah,” lanjut Ustadz Zawawi.
Tonton Selengkapnya : Majlis Al Hikam Ibnu Athaillah | Hikmah ke 22 | Perhitungan Amal di Setiap Hembus Nafas Manusia
Kemudian Ustadz Zawawi walaupun Allah memenuhi segala kebutuhan setiap manusia, kita tetap membutuhkan Allah untuk beribadah kepadaNYA karena pada dasarnya kita manusia yang lemah.
“Makna dari setiap nafas yang kita hembuskan adalah ruang terjadinya takdirnya Allah. maka nafas ketika kita tarik atau hembuskan itu ruang untuk terjadinya takdir Allah. bisa saja takdir itu yang membuat hati kita senang atau sebaliknya tadir itu membuat hati kita sedih. apapun takdir baik yang membuat hati kita sedih atau senang kita hadapi dengan penuh keridhoan atau rasa ridho yang sempurna,” jelas Ustadz Zawawi.
Baca Juga : Syaikh Samih Al Kuhali Ajak Mahasiswa USM Kenali Tanda-Tanda Hari Kiamat
Ustadz Zawawi menambahkan Syaikh Yusri dalam pengajiannya mendefinisikan ridho adalah bahagia dengan Allah dalam setiap kondisi yang dihadapi.
“Jadi ridho adalah tingkatan setelah sabar, secara umum setiap muslim dituntut untuk sabar dalam menghadapi ujian, artinya mampu menahan ingin marah saat kejadian terjadi. Kalau sudah berhasil sabar maka naik ke tingkatan rasa ridho yang sempurna.Tetap melakukan kebaikan kepada orang meski disakiti orang tersebut.
“Ketika nafas yang kita hembuskan kita gunakan untuk beribadah maka Allah memiliki qadar dalam bentuk inayah, taufik, dan hiadayah, Allah membantu orang tersebut dalam beribadah sehingga kita mampu beribadah dengan baik. tanpa taufiq dari Allah niscaya tidak mungkin kita mampu beribadah kepadaNYA,” pungkas Ustadz Zawawi.