KAMPUSPEDIA.ID – Dosen Universitas Semarang (USM) Dr Ir Rohadi MP dan Ir Bambang Tutuko MM MT dengan dibantu dua orang mahasiswa, dari Program Studi Teknologi Hasil Pertanian (THP) USM Evi Windi Setyawati dan Dewi Isti, menggelar praktik pembuatan mi basah dari tepung komposit modified cassava flour (mocaf) – terigu dengan pewarna ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea), di aula sekolah tersebut, Selasa (24/5).
Kegiatan tersebut merupakan bentuk pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat (PkM) Semester Genap 20021/2022 yang diikuti Sebanyak 25 siswa sekolah alam Nurul Forqon (Nufo), Mlagen Pamotan Kabupaten Rembang antusias melaksanakan praktik pembuatan mi basah dari tepung komposit modified cassava flour (mocaf) – terigu dengan pewarna ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea).
BACA JUGA : Prodi MM USM Gelar Diskusi Buku Manajemen Strategik Diversifikasi
Mereka terbagi menjadi 3 kelompok kerja, yang tiap kelompok, membuat mi basah mocaf dengan pewarna ekstrak bunga telang, dengan komposisi tepung yang beda. Tujuannya, agar tiap kelompok mampu membandingkan sifat-sifat mi yang diperoleh dari perlakuan yang beda.
Menurut Dr. Rohadi, Mi dapat dibuat dari beragam jenis tepung, seperti tepung beras, terigu, tepung mocaf, tapioka, tepung ubi ketela rambat dan jenis tepung lainnya.
“Mi merupakan makanan yang sangat disukai masyarakat Indonesia dan pembuatannya sangat mudah. Mi dapat dibuat dari beragam jenis tepung, seperti tepung beras, terigu, tepung mocaf, tapioka, tepung ubi ketela rambat dan jenis tepung lainnya,” ungkapnya.
“Bahan dasar adalah tepung (bisa dari campuran tepung), dengan bahan tambahan berupa garam, bahan pengenyal (STTP atau soda Qi), pewarna (bisa dari ekstrak bunga telang), dan telur,” lanjutnya.
Usai praktik, mereka mmemanfaatkan mi tersebut dibuat mi kuah. Diperoleh keterangan sekolah alam Nufo memiliki lahan pertanian cukuip luas, sebagian untuk usaha pertanian tanaman pangan dan peternakan.
Dr Muhammad Nasih memaparkan bahwa, beragam jenis keterampilan untuk menunjang kehidupan (life skill) dibutuhkan siswa sebagai bekal kemandirian, selain ilmu agama.
“Sekolah ini mengintegrasikan keterampilan dalam bidang pertanian-peternakan dan ilmu agama”, papar Dr. Muhammad Nasih, Pengasuh Sekolah Alam Nufo.
Salah seorang peserta Fillah Nazlia Gauzi, mengungkapkan kegembiraannya bisa membuat mi sendiri dari bahan yang ada di rumah. Secara umum, santiwari (akhwat) maupun santri putra (akhwan) antusias dan senang dengan kegiatan tersebut. (RH)