Ketua MPR:  “Purnama Puisi di Atas Awan”, Komitmen USM-PWI Ajak Cintai Budaya dan Kearifan Lokal 

KAMPUSPEDIA.ID — Pementasan malam kebudayaan bertajuk “Purnama Puisi di Atas Awan” yang digelar oleh Universitas Semarang (USM) dan PWI Jateng yang digelar dalar rangka Dies Natalis Ke-35 di Lantai 10 Menara USM, Minggu (12/6), berlangsung sukses.

Parade puisi yang dibawakan tokoh, pejabat negara dan penyair yang digelar melalui hybrid (offline dan virtual) ini bukan saja syahdu menguarkan pesona dan spiritualisme tentang candi-candi, tetapi juga mampu mengajak audiens berselanjar di lorong sejarah. 

Dengan interpretasi masing-masing, mereka membacakan puisi yang diambilkan dari buku antologi puisi “Percakapan dengan Candi: (2020) dan “Dari Peradaban Gunadarma” (2021) karya Amir Machmud NS. 

Dalam keseharian, Amir adalah wartawan, penulis sastra, kolumnis, dosen, dan Ketua PWI Jateng.

Sedianya pentas parade puisi tersebut dihelat di panggung pertunjukan terbuka yang didesain ala amfiteater Romawi Kuno dengan lanskap miniatur candi. Namun, karena hujan deras yang mengguyur Kota Semarang sejak sore, panitia memindahkannya ke ruang indoor, tetap dengan latar potret kemegahan dan keindahan Candi Borobudur. Sekitar 100 orang hadir di acara, sedangkan 255 orang menyaksikanya melalui live on zoom meeting. Acara juga disiarkan live melalui Kanal YouTube Humas USM dan Radio USM Jaya 101,6 FM.

Di deret tamu undangan, terlihat Plt Kepala Disporapar Jateng Setyo Irawan,  Pj Wali Kota Salatiga Sinoeng N Rachmadi bersama jajaran, Ketua Umum KONI Jateng Bona Ventura Sulistiana, Dandim 0733 Kota Semarang Letkol Inf Honi Havana, Ketua KIP Jateng Sosiawan, Ketua Pembina Yayasan Alumni Undip Prof Sudharto P Hadi MES PhD, anggota pembina yayasan Ir Soeharsojo IPU, Ketua YAU Prof Dr Ir Kesi Widjajanti SE MM, Rektor USM Dr Supari Priambodo ST MT, direktur pascasarjana, dekan, kaprodi USM serta pengurus harian dan DKP PWI Jateng.

Acara parade puisi yang digelar dalam rangka memperingati HUT Ke-35 atau Lustrum Ke-7 USM semalam, dibuka dengan sambutan dan pembacaan puisi oleh Ketua MPR RI Bambang Soesatyo secara virtual.

Bamsoet — sapaan akrabnya — mengatakan, era disrupsi dan globalisasi membuat sekat teritorial antarnegara menjadi tak berarti. Dari sini muncul tantangan mempertahankan eksistensi nilai-nilai dan budaya.

Maka, pada perayaan HUT Ke-35, dia mengapresiasi langkah USM Kerjasama dengan PWI Jateng menggagas acara parade puisi tentang candi sebagai bagian komitmen akademik turut mengajak masyarakat dan pemangku kepentingan untuk lebih mencintai warisan budaya. 

Candi-candi seperti Borobudur, Prambanan, Dieng, Plaosan adalah khazanah budaya bangsa. Jateng punya 53 situs candi yang tersebar di 11 kabupaten.

”Candi adalah aset wisata dan kebanggaan, dan mari memaknai candi sebagai akar budaya, bukan sebagai objek eksploitasi. Sekali lagi, dirgahayu untuk USM, semoga maju dan berkembang,” ajaknya.  

Dalam kesempatan itu, Bamsoet membacakan puisi bertajuk “Sebutlah Ini Negara Candi”. 

Turut memberikan sambutan, dalam acara yang dipandu oleh Myra Azzahra itu, Kepala Pusat Pengembangan SDM Kemenparekraf, Faisal.

Acara ini makin istimewa dengan keterlibatan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Secara virtual, Gubernur juga menyampaikan apresiasi terhadap acara ini. Dia mengucapkan selamat kepada USM dan berharap pada ulang tahunnya ke-35 makin jaya. 

Penuh penghayatan dan menggetarkan hati, Ganjar membacakan puisi “Guruku: karya KH A Mustofa Bisri (Gus Mus).

Tak ketinggalan, mantan Menteri Transmigrasi dan Tenaga Kerja Erman Soeparno tampil ekspresif dengan beskap dan blangkon. Dia membawakan puisi “Cinta pun Menepikan Sekat”.

Rektor Undip Prof Prof Dr Yos Johan Utama SH MHum tampak gagah dengan puisi “Bulan di Atas Candi Sewu”. Dari Kabupaten Magelang, Bupati Zaenal Arifin pun tampak menjiwai saat melisankan “Di Mungkid, di Kota Candi”.

Gayeng

Suasana makin riuh dan gayeng saat Pj Wali Kota Salatiga Sinoeng Rachnadi live on stage. Maklum, pejabat ini dikenal piawai dalam menulis kata-kata indah nan syahdu di medsos.

Sinoeng begitu prima saat melafalkan “Kenduri Simfoni Hati” karya Amir Machmud, seakan mengajak audiens melakukan perjalanan spiritual atas rakitan-rakitan batu bersejarah. 

Bait puisi ini begitu dalam: //…inikah kenduri simfoni hati?/menziarahi candi-candi/menyusuri ilham agung/dalam sunyi…//

Honi Havana juga terlihat tegas ketika membacakan “Di Keteduhan Mendut”. Perwira TNI lulusan Akmil 2000 itu mengaku suka puisi dan tak pernah bosan berwisata ke Borobudur.

Rektor USM Dr Supari terlihat menghayati ketika menyuarakan “Menjauhkan Warisan Peradaban”, //…kelak, pada suatu masa/kau hanya bisa bercerita kepada anak cucumu/: tentang candi perkasa/tentang mahakarya luar biasa/tentang warisan peradaban tiada tara/cukuplah melihat foto-fotonya/menjejaki cahaya kegemilangannya/wangsa Syailendra pun pasti tak mengira/pada suatu masa/Sambarabudhara tak terjangkau/ kehendak meraih karib semesta.

Penonton pun sempat merenung, ketika Prof Sudharto menyajikan karyanya sendiri,  “Borobudur, antara Konservasi dan Ekonomi”, dan Prof Kesi membawakan “Mengantar Matahari di Gedong Sanga”.

Akademisi yang tampil lain adalah Plh Kaprodi S1 Pariwisata USM Fajriannoor Fanani Sos MIkom (“Di Gerbang Cinta Samarabudara”), penyair Budi Maryono (“Sunyi Kabut Pagi”), Widiyartono R (“Suara-suara dari Bukit Baka”), Ch Kurniawati (“Luap Kata Rakai Pikatan, Luap Kata Pramodyawardhani”), Made Dwi Adnjani dengan penuh penghayatan melantunkan “Percakapan Hati Rakai Pikatan” dan “Percakapan Hati Pramodyawardhani”, Dini Inayati (“Lewat Kearifan yang Terbaca”), serta Amir Machmud membacakam puisi terbarunya, “Cahaya Gunadharma”.

Pembina Yayasan Alumni Undip Prof Sudharto mengatakan malam kebudayaan ini sangat bagus sebagai penanda Dies Natalis Ke-35 USM. Dia menilai, candi adalah bagian dari karya budaya bangsa. Candi bukan hanya kobjek wisata yang mendatangkan keuntungan, tapi kita bisa belajar kearifan untuk dikembangkan untuk hari esok.

”Usia 35 tahun, saya kira momentum mewujudkan kan cita-cita USM menjadi universitas unggul,” tandasnya.

Rektor USM Supari menegaskan, pergelaran ini sebagai komitmen betapa sebuah perguruan tinggi menjadi unsur terdepan mengajak masyarakat untuk menghargai, merawat budaya. Selain itu memperingati Lustrum Ke-7  USM dan mempromosikan Program Studi Pariwisata Fakultas Teknologi Informatika dan Komunikasi USM.

”Kemegahan candi untuk mengingatkan kita bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar,bangsa berbudaya. Sejak dulu kita bangsa yang punya SDM luar biasa, bonus demografi luar biasa. Jangan sampai menjadi bangsa tersekat-sekat oleh ego sektoral partisan,” kata Supari sambil menyebut kegiatan ini akan berlanjut.

Sedangkan Ketua PWI Amir Machmud NS mengatakan, parade puisi tokoh dan penyair adalah bagian bentuk penyegaran untuk mempromosikan kembali pariwisata Jateng di tengah pulihnya pandemi