KAMPUSPEDIA.ID – Majlis Al Hikam Ibnu Athaillah, sampai pada Bab II yaitu hikmah yang ke 17. Dalam Kitab Al Hikam hikmah ke 17, terkait erat dengan keimanan kita kepada qodho dan qodarnya Allah.
Ustad Zawawi menerangkan, bahwa Syekh Yusri Hafidzahullah Ta’ala Wa Ra’ah menjelasakan, qodho adalah seluruh peristiwa di alam raya ini yang sudah tercatat secara detail di Lauhul Mahfudz sejak zaman azali
Sedangkan qodar adalah suatu peristiwa atau kejadian yang terjadi secara nyata di alam dunia sesuai dengan waktu yang sudah tercatat di Lauhul Mahfudz, atau biasa disebut dengan takdir.
Hikmah yang ke 17 ini menegaskan, bahwa keridhoan terhadap kondisi apapun yang diberikan oleh Allah kepada kita adalah bagian ibadah yang terbesar.
Baca Juga : Ainun Najib, Kader Muda NU yang Diminta Jokowi Pulang ke RI
Hal tersebut dinamakan dengan ibadah hati, ibadah yang bersifat qolbi. terkadang banyak masyarakat yang tidak merasakan betapa besar nilai ibadah yang sifatnya hati ini.
keridhoan terhadap kondisi yang ada saat ini menjadi nilai ibadah yang luar biasa, maka para ulama menegaskan, segelintir amal ibadah yang sifatnya hati bisa melebihi ibadah yang sifatnya badan.
Artinya nilainya lebih besar daripada ibadah yang dilakukan oleh anggota badan, seperti sholat zakat, puasa dan lain-lain. Contohnya bertahun-tahun ibadah, kalau di satu sisi hati kita belum bisa menerima kondisi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Kemudian dalam hati merasa protes bahkan tidak terima, maka hal tersebut menurut para ulama dinamakan jahil billah yaitu termasuk orang yang bodoh dihadapan Allah.
Begitu juga sebaliknya di satu sisi ada orang yang hanya menjalankan ibadah yang bersifat wajib, tetapi dalam hati dia selalu menerima kondisi apapun yang dialami dan tidak pernah protes kepada Allah, tidak pernah membandingkan dirinya dengan tetangganya yang kondisi ekonmoinya jauh lebih mapan, tidak pernah mengeluh ke siapapun, maka nilai ibadah tersebut dihadapan Allah sangat tinggi.
Apapun yang kita alami jangan pernah merasa rugi, susah, apalagi sedih. Sayyidina Ali Karamallahu Wajhah pernah ditanya tentang konsep tawakkal, beliau menjawab dari surat al hadid, konsepnya dua,
Yang pertama jika mendapatkan sesuatu yang membahagiakan hati, dia tidak sombong, tidak lupa diri karena pada hakikatnya itu datang dari Allah.
kemudian yang kedua jika mendapatkan sesuatu yang membuat hatinya sedih orang tersebut tidak marah, tidak mengeluh sedikitpun. Jika dua hal ini bisa kita tancapkan dalam hati, InsyaAllah kita akan menjadi orang yang haqqu tawakkuli, yaitu orang yang bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal. Semoga kita bisa sampai pada derajat ini, Allahumma Aamiin.