PENCEGAHAN STUNTING DI MASA PANDEMI
Oleh:
Anita Indra Afriani,S.ST, M.Kes
Dosen Kebidanan STIKes Karya Husada Semarang
Merebaknya wabah Corona Virus Disase 2019 (Covid-19) tidak luput melanda negara Indonesia, bahkan sejak 13 April 2020 Covid-19 ditetapkan sebagai bencana nasional. Seluruh sektor sendi kehidupan merasakan dampak dari Covid-19, tidak terkucuali dunia kesehatan. Salah satu bidang kesehatan yang merasakan dampak secara tidak langsung adalah layanan kesehatan ibu dan anak.
Data yang disampaikan oleh Kementerian Kesehatan menunjukkan terjadinya penurunan kunjungan pemeriksaankehamilan dan pelayanan kesehatan bagi bayi, anak umur di bawah lima tahun (balita), dan anak serta tidak terselenggaranya sebagian besar posyandu di Indonesia selama pandemi. Penurunan kunjungan layanan kesehatan ibu dan anak terutama layanan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dikhawatirkan akan membawa dampak negatifterhadap pencapaian target pemerintah untuk menurunkan kematian ibu dan bayi serta prevalensi stunting pada anakbalita.
Stunting sendiri merupakan gangguan pertumbuhan fisik yang sudah lewat berupa penurunan kecepatan pertumbuhan dalam perkembangan manusia yang merupakan dampak utama dari kekurangan gizi. Penyebab stunting dikarenakan faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan serta usia ibu pada kehamilan yang terlalu muda kurang dari 20 tahun atau terlalu tua lebih dari 35 tahun. Faktor inilah ynag secara tidak langsung memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin.
Sedangkan faktor pada anak dikarenakan kekurang asupan makanan yang memadai dibarengi meningkatnya kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhnnya serta berkurangnya nafsu makan, faktor inilah yang menyebabkan kekurangan gizi pada anak. Keadaan demikian semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunting.
Dampak dari Stunting yang terjadi pada masa pertumbuhan merupakan faktor risiko meningkatnya angka kematian, menurunkan kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang. Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya. Selain itu stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga prestasi belajar menjadi rendah.
Upaya Pencegahan
Mengingat layanan kesehatan ibu hamil dan bayi yang terbatas, bahkan tidak diselenggarakanya layanan Posyandu dibeberapa tempat, maka diperlukan kesadaran penuh dari masyarakat khususnya keluarga yang memiliki ibu hamil atau anak balita agar terpenuhinya asupan gizi, sehingga mampu mencegah terjadinya stunting pada anak.
Upaya yang harus dilakukan oleh ibu hamil ketika mengalami kekurangan energi kronik yaitu dengan menambah makanan tambahan serta dapat pula mengkonsumsi suplemen zat besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan. Tentunya ibu hamil wajib hukumnya untuk memperhatikan asupan gizi, sehingga mampu menjalani kehamilan dengan normal. Selain memenuhi asupan gizi perlu diperhatikan pula kesehatan dari ibu hamil, untuk menjaga kesehatan sendiri dapat dilakukan dengan olahraga ringan serta mengurangi pekerjaan yang berat.
Pencegahan stunting pada balita tentunya dengan memperhatikan asupan makanan kepada anak. Ketika bayi dibawah 6 bulan wajib hukumnya untuk diberikan ASI, serta makanan pendamping (MP-ASI) bila sangat diperlukan. Memasuki usia diatas 6 bulan yang perlu diberikan asupan gizi yang cukup dengan memberikan makanan yang mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, vitamin, lemak, zinc, zat besi, kalsium, omega3 dan omega 6.
Pemberian karbohidrat dapat melalui beras, singkong, kentang, dan ubi. Pemenuhan protein hewani dapat diberikan dengan daging/hati ayam dan sapi, ikan dan telut. Protein Nabati dapat melalui kacang-kacangan. Lemak bisa melaluiminyak zaitun, santan, mentega atau margarin. Sedangkan zinc dapat diperoleh melalui hewan unggas seperti ayammaupun bebek. Pemenuhan zat besi dapat melalui daging, telur, ayam, ikan, brokoli, alpukat, dan bayam. Pemenuhan kalsium dapat diberikan daging, telur, ayam, ikan, brokoli, alpukat, dan bayam. Kemudian pemberian omega 6 dapat melalui daging, telur, ayam, ikan, brokoli, alpukat, dan bayam.