KAMPUSPEDIA.ID – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif R.I/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonimi Kreatif Dr H Sandiaga Salahuddin Uno BBA MBA mendorong ekowisata serta pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan dengan meningkatkan kolaborasi, dengan kolaborasi bisa melahirkan solusi inovatif untuk Parekraf kedepan.
Hal ini disampaikan secara daring Sandiaga saat menjadi keynote speaker pada seminar nasional yang digelar atas kerja sama antara Universitas Semarang (USM) dan Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Bali yang dengan tema “Pengembangan Pariwisata Berbasis Lingkungan dan Mitigasi Bencana di Destinasi Wisata” pada Kamis (16/12) di kampus Politeknik Pariwisata Bali.
“Saat ini nilai utama dalam pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia mengacu pada quality and sustainable, sebelum pandemi pariwisata mengandalkan jumlah kunjungan saja dan tidak memperhatikan kualitas dan lama kunjungan, oleh karena itu kita harus perhatikan kualitas dan keberlanjutan, memperhatikan kearifan lokal, memperhatikan bagaimana kita menghadirkan lapangan pekerjaan, meningkatkan penghasilan masyarakat, mengembangkan bisnis model yang tidak berat terhadap lingkungan dan pembangunan insfrastuktur yang lebih berkeadilan” ungkap Sandiaga.
“Oleh karena itu kita perhatikan aspek konservasi keberlanjtan sosial, budaya, dan ekologi, kami mendorong ekowisata karena memiliki prospek ke depan, dimana destinasi dan atraksi wisata akan mengarah kepada konsep Nature, Eco, Wellness, dan Adventure (NEWA)” tambahnya.
Kegiatan yang menghadirkan narasumber pakar lingkungan yang sekaligus Ketua Pembina Yayasan Alumni Undip Prof Sudharto P Hadi MES PhD, Guru Besar ITB Prof Dr Ir Gede Widiadnyana Merati DEA IPU, Koordinator Progdi Manajemen Kepariwisataan Poltekpar Bali Dewa Ayu Made Lily Dianasari ST MSi dan moderator Wakil Rektor II USM Dr Titin Winarti SKom MM ini diikuti 500 peserta secara luring dan daring.
Hadir dalam kesempatan tersebut Wakil Direktur III Poltekpar Bali Dr. Luh Yusni Wiarti, A.Par.,SE,M.Par.,M.Rech, Pembina Yayasan Alumni Undip Ir Soeharsojo IPU, dekan Fakultas Teknik USM Dr Purwanto MT serta para pejabat struktural dan mahasiswa kedua kampus.
Selain menggelar seminar nasional, kedua kampus ini juga melakukan penandatanganan MoU dan MoA tentang penguatan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan pengembangan kelembagaan antara USM dan Politeknik Pariwisata Bali.
MoU ditandatangaini oleh Rektor USM Dr Supari MT dan Direktur Politeknik Pariwisata Bali Drs Ida Bagus Putu Puja MKes di Kampus Politeknik Pariwisata Bali.
Rektor USM Dr Supari MT mengatakan hari ini kami menjalin kerja sama dengan menandatangi MoU dan MoA dan kedepan akan dilanjutkan dengan kegiatan yang saling menguntungkan terutama kegiatan tri dharma.
“Harapan kami ke depan dengan kerja sama ini semoga bisa berperan nyata mempersiapkan sumber daya insani untuk mewujudkan pariwasata yang berkualitas dan berkelanjutan, sehingga mampu mendukung pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat di Jateng di Bali” ungkap Supari
Sementara Dr. Luh Yusni Wiarti dalam sambutannya berharap momentum ini sangat tepat untuk mengembangkan pariwisata secara arif melalui sinergitas dan kolaborasi karena dengan sinergi dan kolaborasi tujuan akan tercapai.
Seminar nasional dan kerja sama ini menjadi ajang mengembangkan tri dharma perguruan tinggi bagi kedua belah pihak baik USM maupun Poltekpar Bali.
Prof Sudharto dalam materinya memaparkan bahwa kita harus sadar wisata tidak hanya ramah dengan wisatawan tapi harus menghormati budaya lokal.
Menurutnya pariwisata berkelanjutan merupakan pariwisata yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kebutuhan dan kepentingan generasi yang akan datang, implikasinya yaitu memenuhi kebutuhan (ekonomi) tidak dimanfaatkan hanya segelintir orang, pelestarian daya dukung lingkungan dan keadilan sosial.
Kita ketahui mass tourism atau turis massa adalah pariwisata yang dikendalikan oleh sebuah entitas/ agen yang mengatur perjalanan, akomodasi, konsumsi, souvenir seperti yang terjadi agen wisata dari China mereka akan menginap di hotel milik mereka, souvenir beli milik mereka sehingga manfaat ekonomi dinikmati entitas/ biro perjalanan global, nilai tambahan tidak/ kurang dinikmati oleh masyarakat lokal dan mass tourism juga disebut sebagai bentuk kolonialisme/ penjajahan pariwisata dan hal ini tidak kita harapkan. Untuk menghindari hal tersebut kita kenal dengan konsep ekowisata.
“Ekowisata merupakan bentuk wisata yang berorientasi pada pelestarian daya dukung lingkungan, budaya dan memberikan manfaat secara ekonomi pada masyarakat setempat kata kuncinya turis yang menghargai budaya lokal, yang mengapresiasi kondisi lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan, manfaat ekonominya dirasakan masyarakat lokal” tambah Prof Sudharto.
Sementara Prof Dr Ir Gede Widiadnyana Merati menyampaikan tentang pariwisata berbasis mitigasi bencana,
Konsep dasar mitigasi bencana ada 3 kata kunci dalam kaitannya dengan penanganan bencana alam, yaitu pertama Hazard (bahaya alam yang mengancam) : adalah peristiwa alam yang terjadi akibat bekerjanya hukum-hukum alam (proses fisika-kimia) yang mengaturnya, misalnya angin, terjadi karena pergerakan udara dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah.
Kedua Disaster (bencana) adalah : kerugian (jiwa, materi, kesempatan) yang ditimbulkan oleh ancaman alam. Dalam kaitan di atas dapat disimpulkan bahwa besarnya bencana yang terjadi akan berbanding lurus dengan besarnya hazard yang timbul. Ancaman alam yang merupakan peristiwa alam, tidak dapat diatur oleh manusia (besaran, waktu, tempat), sehingga jika ingin memperkecil bencana. Ketiga Mitigasi yang dapat dilakukan oleh manusia, sehingga makin besar usaha mitigasi maka bencana menurun.