Kampus  

Dosen Teknik Informatika Unwahas Raih Gelar Doktor dan Lulusan Ke-6 di DSI Undip

SEMARANG-  Dosen Teknik Informatika Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang Arief Hidayat, M.Kom meraih gelar doktor pada Program Studi Doktor Sistem Informasi (DSI) Universitas Diponegoro (Undip) usai mempertahankan Disertasinya di Ruang Sidang Utama Gedung Sekolah Pascasarjana Undip pada Senin, 24 Juni 2024.

Dr. Arief Hidayat, M.Kom  melakukan penelitian disertasi dengan judul “Model Deteksi Otomatis Gaya Belajar menggunakan K-Means dan Naive Bayes dengan Pendekatan Berbasis Literatur” dan menjadi lulusan ke-6 pada DSI Undip.               

Tim Penguji  terdiri dari Prof. Ir. Mochamad Agung Wibowo, M.M., M.Sc., Ph.D. (Dekan Pascasarjana Undip), Prof. Dr. Rahmat Gernowo, M.Si (Kaprodi DSI Undip), Prof. Dr. Kusworo Adi, S.Si., M.T.   (Promotor), Drs. Bayu Surarso, M.Sc, Ph.D. (Co Promotor), Prof. Dr. Heri Sutanto, S.Si., M.Si., F.Med.    (Penguji 1), Aghus Sofwan, S.T., M.T., Ph.D. (Penguji 2), dan Prof. Dr. Eko Sediyono, M.Kom sebagai Penguji Eksternal dari UKSW Salatiga.

Hadir dalam kesempatan tersebut Rektor Unwahas Prof. Dr. H. Mudzakkir Ali, MA. Wakil Rektor IV Prof. Helmy Purwanto, ST, MT. Deakn Fakultas Teknik Dr. Sri Mulyo Bondan Respati, ST, MT. serta para tamu undangan.

Menurut Dr. Arif Hidayat bahwa penelitian ini bertujuan mengembangkan model deteksi otomatis gaya belajar dengan pendekatan datadriven dan pendekatan literature based, memetakan log aktifitas mahasiswa ke dalam gaya belajar FSLSM menggunakan pendekatan literature-based. Mengelompokkan (clustering) aktifitas mahasiswa ke dalam kombinasi gaya belajar FSLSM. Melakukan klasifikasi dan membangun model gaya belajar dengan Naive Bayes.

“Kebaruan dari penelitian ini yaitu dengan menggabungkan algoritma naive bayes, k-means dan pendekatan literature – based untuk membangun sebuah model deteksi otomatis gaya belajar berdasarkan perilaku mahasiswa,” Dr. Arif Hidayat.

“Model ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi gaya belajar dengan menggunakan input data perilaku mahasiswa. Kelemahan dari data-driven yaitu sulit digunakan kembali di sistem lain karena sistem dan seluruh proses pembelajaran sangat berpasangan dan terintegrasi dapat ditutupi dengan literature-based yang dapat diterapkan untuk data yang dikumpulkan dari kursus apa pun, karena faktanya bahwa FSLSM dikembangkan untuk pembelajaran secara umum,” tambahnya.

deteksi otomatis gaya belajar mahasiswa secara cepat dan akurat sangat diperlukan untuk dapat mengidentifikasi gaya belajar mahasiswa terhadap sebuah pembelajaran. Gaya belajar sangat menentukan motivasi dan kinerja belajar seorang mahasiswa.

“Informasi tentang gaya belajar dapat juga menjadikan mahasiswa mengetahui gaya belajarnya dan bagi pengajar dapat menyediakan material pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar mahasiswa. Pendekatan yang sering digunakan dalam deteksi otomatis gaya belajar yaitu berdasarkan data (data-driven) dan berbasis literatur (literature-based),” ungkap Dr. Arif Hidayat.

Penelitian ini diawali dengan mengekstrak log aktivitas mahasiswa dari database Learning Management System (LMS). Jenis aktivitas mahasiswa tersebut dipetakan dengan model gaya belajar Felder dan Silverman menggunakan pendekatan literature-based. Hasil pemetaan tersebut dijadikan masukan pada algoritma klustering K-mean yang dimodifikasi untuk mengelompokkan menjadi 16 kombinasi gaya belajar berdasarkan model gaya belajar Felder dan Silverman. Hasil klustering digunakan untuk pelabelan dari dataset log aktivitas mahasiswa tersebut yang dijadikan sebagai data latih dan data uji menggunakan algoritma Naïve Bayes (NB) untuk klasifikasi gaya belajar.

Hasil pengujian menggunakan nilai validitas matriks Davies- Bouldin Index (DBI) menunjukkan modifikasi algoritma K-Means lebih baik yang ditunjukkan dengan nilai DBI=1,06, lebih rendah daripada K-Means asli yaitu 1,32. Hasil pengujian model deteksi otomatis gaya belajar menggunakan penggabungan algoritma NB dengan pendekatan berbasis literatur juga memiliki performa yang cukup tinggi yang ditunjukkan pada dimensi perception yang menghasilkan akurasi sebesar 83% yang mempunyai 7 pemetaan dengan aktivitas pembelajaran.

Pada dimensi input menghasilkan akurasi sebesar 88% yang mempunyai 4 pemetaan dengan aktivitas pembelajaran. Pada dimensi processing menghasilkan akurasi 92% yang mempunyai 10 pemetaan dengan aktivitas pembelajaran, dan pada dimensi understanding menghasilkan akurasi sebesar 71% yang hanya mempunyai 2 pemetaan dengan aktivitas pembelajaran. Hasil pengujian menunjukkan bahwa model deteksi otomatis gaya belajar yang dikembangkan dengan menggabungkan algoritma K-Means dan NB dengan pendekatan berbasis literatur bekerja sangat baik, semakin banyak aktivitas pembelajaran akan memperbanyak feature relevan dan semakin meningkatkan akurasi.