JAKARTA- Ketua Pembina Yayasan Alumni Universitas Diponegoro yang merupakan badan penyelenggara Universitas Semarang (USM) Prof Sudharto P Hadi PhD mengatakan, meskipun berasal dari berbagai latar belakang dan bidang ilmu, secara substansi, para panelis Debat Keempat Pilpres 2024 memiliki pandangan yang sejalan tentang isu-isu dari enam tema yang didebatkan. Enam tema tersebut meliputi pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup, sumber daya alam dan energi, pangan, agraria, masyarakat adat dan desa.
Prof Sudharto mendapat tugas menyusun sub-tema pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup, meliputi pembangunan rendah karbon, pajak karbon dan implementasi proyek strategis nasional yang berimplikasi pada lingkungan dan sosial. Pembangunan rendah karbon diperlukan untuk mewujudkan net zero emission (emisi nol bersih) tahun 2060 melalui pemanfaatan sumber daya alam secara efisien dan inklusif. Namun praktik pembangunan selama ini masih berorientasi pada ekonomi ekstraktif, yaitu jenis pembangunan ekonomi dengan jalan mengeruk sumber daya alam.
“Pertanyaan pada debat pemilihan presiden (Pilpres) harus tidak multitafsir, harus ringkas, mudah dipahami, dan tidak menghilangkan atau mengurangi makna substansi. Tidak mudah merumuskan kalimat pertanyaan untuk dibacakan maksimal 20 detik atau maksimal 30 kata,” kata rektor Undip periode 2010-2015 ini.
Prof Sudharto merupakan salah seorang dari 11 panelis Debat Keempat Pilpres 2024 yang digelar pada 21 Januari 2024. Sepuluh panelis yang lain adalah, Prof Abrar Saleng (Ahli Hukum Agraria dan Sumber Daya Alam Universitas Hasanuddin); Dr Arie Sudjito (Sosiolog Pedesaan/Fisipol Universitas Gadjah Mada); Prof Arif Satria (Ahli Ekologi Politik/Rektor Institut Pertanian Bogor – IPB); Dewi Kartika (Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaruan Agraria); Fabby Tumiwa (Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform); Prof Hariadi Kartodihardjo (Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB); Prof Ridwan Yahya (Teknologi Hasil Hutan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu); Rukka Sombolinggi (Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara); Prof Sulistyowati Irianto (Guru Besar Antropologi Hukum Universitas Indonesia); Tubagus Furqon Sofhani (Ahli Perencanaan Wilayah dan Pedesaan Institut Teknologi Bandung).
Sudharto adalah guru besar di Bidang Manajemen Lingkungan Departemen Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) serta program studi Ilmu Lingkungan Undip. Dia juga Ketua Dewan Pertimbangan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (Proper) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Belum lama ini, dia menjadi salah satu dari 18 tokoh yang menerima tanda kehormatan Bintang Jasa Pertama oleh Presiden Joko Widodo.
Sudharto mengawali pendidikan tinggi di FISIP Undip; melanjutkan pendidikan di Faculty of Environmental, York University, Kanada pada tahun 1989 dan berhasil menyandang gelar Master’s in Environmental (MES). Ia pun melanjutkan studi program doktoral di School of Community and Regional Planning, University of British Columbia (UBC), Kanada, hingga mendapatkan gelar Doctor of Philosophy atau Ph.D.