Oleh karena itu, negara anggota anggota G20 penghasil nikel terbesar seperti Indonesia, Rusia dan Australia serta negara pemimpin teknologi baterai seperti Cina, Amerika Serikat, Jerman, Korea Selatan, dan Jepang harus bersatu untuk memastikan ketersediaan dan kesiapan teknologi tersebut.
Pada wilayah dengan jumlah penduduk besar membutuhkan daya total yang semakin besar, maka lebih hemat apabila dapat dihubungkan on-grid. Kajian gagasan on-grid energi terbarukan untuk mennghubungkan kawasan penduduk skala besar telah dilakukan. Hasilnya, jaringan Asutralia-Asia, lintas Eropa, dan lintas Benua Amerika secara teknis sangat memungkinkan.
Untuk merealisasikan hasil studi tersebut langkah strategis selanjutnya berkaitan dengan regulasi pada sektor keuangan yang selayaknya menjadi kesepakatan bersama dalam forum G20, sebagai berikut:
Pertama, penerapan pajak karbon dan komitmen meninggalkan energi fosil. Strategi ini akan menurunkan konsumsi energi fosil sehingga menurunkan emisi karbon. Selain itu, pajak karbon meningkatkan bauran energi terbarukan karena pajak karbon meningkatan harga energi fosil dan harga energi terbarukan menjadi semakin kompetitif.
Kedua, memberikan subsidi energi terbarukan dan mencabut subsidi energi fosil. Penerapan pajak karbon juga harus diimbangi dengan pemberian subsidi terhadap energi terbarukan. Ini penting karena adanya persepsi ketidakadilan ekonomi bagi kalangan masyarakat bawah dan miskin terhadap penerapan pajak karbon.
Dengan memberikan subsidi energi terbarukan, pemirintah mendapat ruang untuk mengambil langkah semakin proaktif. Studi menunjukkan penghapusan subsidi berakibat mengurangi emisi carbon terbesar di wilayah eksportir minyak dan gas berpenghasilan tinggi dengan nilai melebihi janji iklim di wilayahnya.
Ketiga, inovasi permodalan untuk transisi energi terbarukan. Untuk mewujudkan transisi energi terbarukan 63% pada 2050, dunia membutuhkan 120 triliun USD. Walaupun kebutuhan investasiya besar, kesenjangan keuangan tersebut dapat dikurangi dengan melibatkan lembaga keuangan dalam memberikan dukungan kepada masyarakat yang mau berinvestasi. Contoh bentuk investasinya: fasilitasi platform crowdfunding, crowdsourcing, dan Peer-to-Peer Energy Trading.
Selanjutnya infentif berbasis investasi juga dibutuhkan. Studi penerapan micro-grid di Seoul National University, Korea Selatan menunjukkan metode tersebut meningkatkan penetrasi energi terbarukan dan meningkatkan kelayakan finansial.
Adapun sistem keuangan berbasis hutang bank sebaiknya dihindari karena temuan di China berdampak negatif pada pinjaman bank secara umum dan menghambat peningkatan efisiensi investasi energi terbarukan.
Strategi transisi energi terbarukan dapat dicapai dengan meninjau aksesebilitas dengan memahami keunikan kondisi geografis penduduk. Pada wilayah terpencil cocok mengunakan off-grid dan on-grid untuk wilayah padat dan luas. Regulasi sektor keuangan harus disepakati G20 terkait pajak karbon, subsidi energi terbarukan dan pencabutan subsidi energi fosil, serta inovasi permodalan.