SEMARANG- Sejumlah 37 orangtua, dan juga guru hadir dalam kegiatan parenting berupa psikoedukasi dalam rangka mendukung program pemerintah, yaitu dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah mengenai konsep pembelajaran “Deep Learning” pada Jumat, 18 Juli 2025.
Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Fakultas Psikologi-Universitas Semarang bekerja sama dengan TK Negeri Pedurungan Semarang mengadakan kegiatan parenting berupa psikoedukasi pemberdayaan keterlibatan orang tua siswa dalam pembelajaran “Deep Learning.
Menurut Ketua tim Markus Nanang Irawan BS bahwa kegiatan pengabdian dimaksudkan, selain memberikan pengetahuan bagi orang tua siswa TK Negeri Pedurungan mengenai konsep pembelajaran “Deep Learning”, sekaligus mengajak dan mendukung orang tua siswa untuk terus terlibat dalan pendidikan dan pembentukan karakter siswa sebagaimana tujuan pembelajaran “Deep Learning”.
Kepala Sekolah TK Negeri Pedurungan, ibu Christina Tri Suprihani, S.Pd., M.Si menyambut baik kegiatan psikoedukasi ini.
“Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama, demikian juga dalam membentuk karakter anak. Bentuk Psikoedukasi yang diberikan Tim PKM dari USM mendukung dan juga sejalan dengan visi TK Negeri Pedurungan yaitu mengembangkan serta mendidik siswa menjadi aktiuv, kreativ, dan berinovasi yang kemudian dapat terbentuk menjadi karakter yang baik,” ungkap Christina Tri Suprihani.
Sesuai dengan konsep pembelajaran”Deep Learning”, dalam proses pelaksanaannya, tim PKM yang terdiri dari Markus Nanang Irawan BS, Martha Kurnia Asih, Retno Ristiasih Utami, Sri Widyawati yang dibantu tim mahasiswa Nadhila Koirun Nisa dan Luluk Nur Khumaidah melakukan psikoedukasi dengan menekankan pada adanya kesadaran, pemaknaan, dan kegembiraan.
Diawali dengan Martha Kurnia Asih yang memberikan ceramah mengenai pentingnya keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan anak yang kemudian dilanjutkan dengan pengenalan mengenai pemnbelajaran “Deep Learning” oleh Markus Nanang Irawan.
Pada gilirannya, Retno Ristiasih Utami menyampaikan antara kaitan perkembangan psikologi anak dengan pembentukan karakter yang mana salah satu faktor dalam pembentukan karakter anak adalah adanya contoh dari orang tua.
Selanjutnya, Sri Widyawati dan tim mahasiswa, Nadhila dan Luluk, bersama sama mengajak orang tua untuk berdiskusi mengenai bentuk keterlibatan yang bisa dilakukan orang tua melalui contoh kegiatan sehari-hari. Inisiatif dan keaktifsn terlibat diskusi pun muncul. Dari ibu Sumiyati menyampaikan mengenai pentingnya karakter empati pada anak, sedangkan dari ibu Alvi menyampaikan karakter kemandirian dan disiplin waktu juga tidak kalah pentingnya. Suasana udara siang yang panas tidak menyurutkan antusiasme para orang tua yang hadir.Tidak hanya diskusi, gelak tawa serta pertanyaan pun muncul. Salah satunya dari bapak Doni yang menanyakan, “apakah anak kecil itu sudah terbentuk karakter?”. Sri kemudian menjawab, bahwa karakter sudah terbentuk sejak dini dan itu menjadi dasar bagi karakter seseorang dalam perkembangannya; Sri menambahkan bahwa oleh karena itulah keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak terutama terkait dengan proses pembelajaran “Deep Learning” sangat ditekankan, sangat diperlukan, dan sangat penting karena akan menjadi bekal perkembangan bahkan sampai usia lanjut.
Sesi diskusi diakhiri dengan sharing cerita dari ibu Wiwid dan Ibu Ruli yang menyampaikan bagaimana bentuk penghargaan dapat meningkatkan minat belajar anak yang kemudian dikuatkan oleh Sri bahwa untuk membentuk minat belajar anak, sesuai dengan konsep pembelajaran “Deep Learning” adalah bagaimana orang tua dapat memenuhi rasa ingin tahu anak, disitulah konsep pembelajaran yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk pembentukan karakter anak yang baik. Pungkasnya, mengamini apa yang disampaikan Retno, Sri juga mengatakan bahwa satu hal yang harus diingat dalam proses keterlibatan orang tua adalah memberikan contoh. “Tidak hanya mengarahkan atau mengajarkan, tetapi juga memberikan contoh”.